Powered By Blogger

Minggu, 22 Agustus 2010

Lahirnya Rumah Sakit Jiwa


Pada akhir abad pertengahan, banyak rumah sakit didirikan untuk menanggulangi para penderita penyakit jiwa. Rumah sakit ini bukanlah merupakan pusat perawatan dan penyembuhan, melainkan merupakan semacam penjara dimana para penghuninya dirantai di dalam sel yang gelap dan kotor, serta diperlakukan secara tidak manusiawi (bahkan terkesan seperti memperlakukan binatang).

Pada tahun 1792 ada kabar menggembirakan ketika seseorang bernama Phillipe Pinel ditempatkan pada sebuah rumah sakit jiwa di Paris. Pinel membuat semacam eksperimen dengan cara melepas rantai yang mengikat penderita. Di luar dugaan orang-orang yang skeptis, yang menganggap Pinel gila karena keberaniannya melepas rantai "binatang" tersebut, percobaan Pinel justru menunjukkan hasil yang lebih baik. Ketika akhirnyadilepas dari kekangannya, lalu ditempatkan di tempat yang bersih dan bercahaya, diperlakukan dengan baik, banyak penderita yang dulunya dianggap tidak dapat disembuhkan memperlihatkan kemajuan yang pesat sehingga akhirnya diperbolehkan untuk meninggalkan rumah sakitjiwa (Atkinson dkk., 1993).


Pada awal abad ke-20, dicapai kemajuan besar dalam bidang obat-obatan dan psikologi. Pada tahun 1905, gangguan fisik yang dikenal sebagai general paresis terbukti memiliki penyebab yang sifatnya fisik, yaitu infeksi sifilis yang diderita sebelum timbulnya gejala gangguan tersebut. General paresis ditandai dengan adanya penurunan fungsi mental dan fisik seseorang secara lambat, perubahan kepribadian, serta adanya delusi dan halusinasi. Tanpa pengobatan para penderita penyakit ini akan meninggal dalam beberapa tahun. Pada masa itu, general paresis merupakan lebih dari 10% penyebab timbulnya penyakit jiwa, namun pada saat ini hanya sedikit kasus yang dilaporkan berkat efektivitas penisilin sebagai obat untuk menyenbuhkan sifilis (Dale dalam Atkinson dkk.' 1993).

Penemuan general paresis tersebut meyakinkan para ahli bahwa penyakit jiwa berpangkal pada gangguan biologis. Sementara itu pada saat yang hampir bersamaan dua orang ahli yang berbeda juga telah meletakkan dasar pijakan yang penting. Sigmund Freud dan para pengikutnya meletakkan dasar pemahaman penyakit jiwa sebagai gangguan yang berkaitan dengan faktor Psikologis, semen tara Ivan Pavlov telah berhasil menunjukkan bahwa binatang dapat terganggu secara emosional bila dipaksa mengambil keputusan di luar kemampuan mereka (Atkinson dkk., 1993).

Kemajuan-kemajuan pengetahuan di atas agaknya tidak mempengaruhi pandangan masyarakat, bahwa rumah sakitjiwa itu adalah sesuatu yang horor dimana para penghuninya dihinggapi rasa takut. Adalah Clifford Beers, mantan penderita gangguan manik depresif sehingga pemah dirawat di rumah sakit selama 3 tahun. Selama perawatannya di rumah sakit jiwa,Beers memang tidak lagi mendapat perlakuan dirantai dan disiksa, akan tetapi karena penderitaannya ia pemah memakai baju pengikat (straitjacket) untuk mengendalikan pemberontakannya. Kurangnya dana pada rumah sakit jiwa pada umumnya menyebabkabkan suatu rumah sakit jiwa menjadi penuh sesak dengan barak-barak, makanan dengan gizi rendah, serta para pembesuk yang tidak simpatik; kesemuanya itu menyebabkan rumah sakit jiwa menjadi sesuatu tempat yang jauh dari menyenangkan.Setelah sembuh, Beers menuliskan semua pengalamannya di rumah sakit jiwa tersebut dalam bukunya yang terkenal : A Mind That Found Itself (1908).



Beers tiada henti-hentinya bekerja untuk mendidik masyarakat tentang penyakit jiwa serta membantu mengorganisasi Komite Nasional untuk Kesehatan Jiwa. Pada tahun 1950, organisasi ini lalu bergabung dengan dengan dua kelompok lain untuk membentuk Asosiasi Nasional Kesehatan Jiwa. Gerakan ini temyata berpengaruh besar pada pencegahan dan pengobatan gangguan jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar