Powered By Blogger

Minggu, 22 Agustus 2010

Terapi Medis



Dalam upaya untuk menyembuhkan gangguan perilaku atau abnormalitas, maka para terapsi yang berlatar belakang medis, umumnya menggunakan terapi obat-obatan, kejutan eIektrokonvulsif, dan pembedahan saraf. Berikut ini akan dibahas ketiga bentuk terapi medis tersebut. 





  1. Penggunaan Obat-obatanTerapi obat-obatan merupakan terapi yang paling efektif di antara terapi medis lainnya, terutama dalam mengubah suasana hati (mood) dan perilaku. Obat-obatan sebagaimana telah dibahas pada bab terdahulu dapat digolongkan menjadi : Obat Penawar, Opiate Narcotics, Stimulans, Obat Penenang, dan Halusinogen. Dari beberapa jenis obat bius di atas, yang umumnya digunakan antara lain adalah Obat Penenang (Tranquilizers) yang berfungsi sebagai obat anti kecemasan dan anti psikosis, dan beberapa dari jenis Stimulans sebagai anti depresi.


    Terapi obat-obatan pada mulanya ditemukan pada tahun 1950-an, ketika beberapa penderita schizophrenia menunjukkan kemajuan. Mereka yang tidak tenang dan meronta-ronta tidak lagi harus dikekang dengan jaket pengekang, delusi dan halusinasi juga dapat dikurangi, sehingga penderita menjadi responsif dan fungsional. Barak-barak rumah sakit jiwa menjadi lebih rapi, karena penderita dapat segera dipulangkan. Beberapa tahun kemudian, penemuan obat-obatan anti psikosis dan anti depresi menimbulkan dampak serupa dan amat menguntungkan rumah sakit jiwa pada masa itu.

  2. Electroconvulsive Therapy (ECT)Electroconvulsive Therapy (ECT) adalah suatu terapi berupa aliran listrik ringan yang dialirkan ke dalam otak untuk menghasilkan suatu serangan yang serupa dengan serangan epilepsi. Terapi ini kemudian dikenal juga dengan istilah terapi electroshock. ECT ini amat populer pada tahun 1940 sampai 1960-an, sebelum obat-obatan anti psikosis dan anti depresi ditemukan. Pada saat ini ECT hanya digunakan pada penderita depresi berat, jika penderita tidak dapat diobati dengan terapi obat.



    ECT menjadi perdebatan yang kontroversial karena beberapa alasan. Pada masa awal ECT menjadi populer, penggunaannya tidak pandang bulu untuk mengobati berbagai gangguan perilaku seperti alkoholisme dan skizofrenia. Hasilnya pun dipertanyakan oleh beberapa kalangan. Pada saat ini ECT merupakan pengalaman yang menakutkan bagi penderita. Penderita seringkali tidak bangun untuk beberpa waktu yang lama setelah aliran listrik dialirkan ke dalam tubuhnya, mengalami ketidaksadaran sementara, serta seringkali juga menderita kerancuan pikiran dan kehilangan ingatan setelah itu. Adakalanya, kekejangan otot akan menyertai serangan otak yang menyebabkan terjadinya cacat fisik pada penderita.
    Pada saat ini, ECT tidak begitu menyakitkandan lebih manusiawi. Pasien pada mulanya diberi obat bius ringan dan kemudian disuntik dengan penenang otot. Aliran listrik sangat lemah dialirkan ke otak melalui kedua pelipis atau pada pelipis yang mengandung belahan otak yang tidak dominan. Aliran listrik ringan tersebut dibutuhkan untuk menghasilkan serangan otak, yang berfungsi terapis, dan bukan karena serangan listriknya. Penenang otot berfungsi mencegah kekejangan otot tubuh dan kemungkinan terjadinya luka. Setelah itu penderita bangun beberapa menit dan tidak mengingat apa-apa tentang pengobatan yang baru saja dilakukan. Kerancuan pikiran dan hilangnya ingatan hampir tidak terjadi, karena aliran listrik hanya diberikan pada belahan otak yang tidak dominan. Umumnya penderita mendapat enam kali ECT dalam jangka waktu dua minggu (Atkinson dkk., 1993).

  3. Bedah Syaraf (Psychosurgery)Pada bedah syaraf cara yang dilakukan adalah dengan merusak area tertentu dengan memotong serabut syaraf atau dengan penyinaran ultrasonik. Yang paling sering adalah rusaknya serabut yang yang menghubungkanfrontallobe dengan sistem limbik atau dengan area hipothalamus tertentu. Sistem limbik dan hipothalamus memang memainkan peran penting di dalam emosi.


    Terapi ini juga merupakan prosedur yang kontroversial, karena memiliki beberapa efek yang negatif. Bedah syaraf dengan cara terdahulu temyata memiliki efek penderita berperilaku santai dan ceria, sehingga tidak lagi bersifat agresif dan terganggu pikiran akan bunuh diri. Akan tetapi otak mereka begitu rusaknya, sehingga tidak dapat lagi berfungsi secara efisien.
    Sementara teknik bedah syaraf modem agaknya memiliki efek terganggunya intelektual penderita, terutamajika diberikan untuk mengobati depresi berat atau rasa sakit yang hebat. Teknik bedah syaraf ini juga belum terbukti efektif untuk mengatasi schizophrenia maupun obsesif kompulsif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar